PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA
Persebaran flora dan fauna bergantung pada kondisi lingkungannya. Pada umumnya pola persebaran kehidupan flora dan fauna tidak terlepas dari faktor sejarah geologi kepulauan dan iklim di bumi yang terus menerus berubah. Setiap wilayah memiliki karakteristik tersebndiri yang berbeda dengan wilayah lainnya.
Mengapa setiap wilayah berbeda-beda di muka bumi? Jawabannya terletak pada sejarah geologi dan iklim di bumi yang terus-menerus berubah. Berikut persebaran flora dan fauna di Indonesia:
a. Persebaran Flora di Indonesia
1. Wilayah Indonesia bagian Barat
Anggrek Tien Soeharto (Cymbidium hartinahianum) adalah anggrek endemik dari Sumatera Utara, nama latin dari anggrek hartinah diambil dari nama istri mantan Presiden Soeharto, Hartinah Soeharto yang juga akrab disapa Ibu Tien.
Anggrek Hartinah (Tien Soeharto) merupakan salah satu anggrek tanah dengan pertumbuhan merumpun. Spesies anggrek ini menyukai tempat terbuka diantara rerumputan serta tanaman lain seperti jenis paku-pakuan, kantong semar, dan lain-lain pada ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut.
Daunnya berbentuk pita berujung meruncing dengan panjang 50-60 cm. Bunganya berbentuk bintang bertekstur tebal. Daun kelopak dan daun mahkotanya hampir sama besar, permukaan atasnya berwarna kuning kehijauan dan permukaan bawahnya kecoklatan dengan warna kuning pada bagian tepinya.
Anggrek Hartinah atau Tien Soeharto (Cymbidium hartinahianum) merupakan tumbuhan endemik Sumatera Utara sehingga dalam habitat alami hanya dapat diketemukan di Sumatera Utara saja. Habitatnya dapat ditemukan di Desa Baniara Tele Kecamatan Harian Kabupaten Samosir (berbatasan dengan Kabupaten DairiAnggrek Hartinah ini bersama puluhan anggrek lainnya seperti anggrek Hitam, Anggrek Bulan Bintang dan lain-lain dikategorikan sebagai tanaman yang dilindungi berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Sehingga tumbuhan berfamili Orchidaceae ini tidak diperbolehkan diperjualbelikan kecuali untuk generasi ketiga. Generasi ketiga adalah tumbuhan hasil penangkaran yang telah mendapatkan izin dari pihak yang berwenang, biasanya BKSD.
Anggrek Hartinah ini telah dapat ditangkarkan di luar habitat aslinya. Salah satunya adalah di Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor/KRB memiliki koleksi lebih dari 500 jenis anggrek yang sebagian besar berasal dari hasil eksplorasi di berbagai daerah di Indonesia Sejak tahun 1997, lebih dari 100 jenis anggrek disemai di laboratorium Kultur Jaringan dan Pembibitan Anggrek.
2. Wilayah Indonesia bagian Tengah
Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih.
Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.
Kabupaten Merauke sebagai tempat dimana pohon kayu putih tumbuh dengan sendirinya dan cukup banyak berada di beberapa tempat, antara lain: desa Wasur, Yanggandur, Rawa Biru, Sota, dan Tomerau.
Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh. Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.Kabupaten Merauke sebagai tempat dimana pohon kayu putih tumbuh dengan sendirinya dan cukup banyak berada di beberapa tempat, antara lain: desa Wasur, Yanggandur, Rawa Biru, Sota, dan Tomerau.
3. Wilayah Indonesia bagian Timur
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun). Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea. Buah matoa memiliki rasa yang manis.
Di Papua dikenal 2 jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Tanaman ini mudah beraptasi dengan kondisi panas maupun dingin.
Matoa adalah tanaman asli Indonesia dan sangat cocok untuk dijadikan tanaman penghijauan. Matoa sangat direkomendasikan karena dapat tumbuh di segala medan dan memiliki akar serta pangkal batang yang kuat. Selain itu, ternyata Matoa juga memiliki ketahanan terhadap segala jenis serangga. Meskipun dikenal memiliki citarasa yang khas dan harganya cukup mahal, sejauh ini matoa belum dibudidayakan secara intensif. Di Indonesia matoa (Pometia spp.) tumbuh menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Maluku, dan Papua. Daerah penyebaran matoa di Papua antara lain di Dataran Sekoli (Jayapura), Wandoswaar – P. Meoswaar, Anjai – Kebar, Warmare, Armina, Bintuni, Ransiki (Manokwari), dan lain-lain. Tumbuh pada tanah yang kadang-kadang tergenang air tawar, pada tanah berpasir, berlempung, berkarang dan berbatu cadas.
Matoa adalah tanaman asli Indonesia dan sangat cocok untuk dijadikan tanaman penghijauan. Matoa sangat direkomendasikan karena dapat tumbuh di segala medan dan memiliki akar serta pangkal batang yang kuat. Selain itu, ternyata Matoa juga memiliki ketahanan terhadap segala jenis serangga. Meskipun dikenal memiliki citarasa yang khas dan harganya cukup mahal, sejauh ini matoa belum dibudidayakan secara intensif. Di Indonesia matoa (Pometia spp.) tumbuh menyebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Maluku, dan Papua. Daerah penyebaran matoa di Papua antara lain di Dataran Sekoli (Jayapura), Wandoswaar – P. Meoswaar, Anjai – Kebar, Warmare, Armina, Bintuni, Ransiki (Manokwari), dan lain-lain. Tumbuh pada tanah yang kadang-kadang tergenang air tawar, pada tanah berpasir, berlempung, berkarang dan berbatu cadas.
a. Persebaran Fauna di Indonesia
1. Wilayah Indonesia bagian Barat
Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tetapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok.
2. Wilayah Indonesia bagian Tengah
Anoa (Bubalus sp.) adalah mamalia terbesar dan endemik yang
hidup di daratan Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Banyak yang menyebut anoa
sebagai kerbau kerdil. Anoa merupakan hewan yang tergolong fauna peralihan. Anoa
merupakan mamalia tergolong dalam famili bovidae yang tersebar hampir di
seluruh pulau Sulawesi. Kawasan Wallacea yang terdiri atas pulau Sulawesi,
Maluku, Halmahera, Kepulauan Flores, dan pulaupulau kecil di Nusa Tenggara.
Wilayah ini unik karena banyak memiliki flora dan fauna yang endemik dan
merupakan kawasan peralihan antara benua Asia dan Australia. Salah satu kawasan
yang memiliki flora dan fauna endemik Sulawesi antara lain Kawasan Poso. Anoa (Bubalus sp.)
merupakan salah satu satwa endemik yang dilindungi yang menjadi ciri khas Pulau
Sulawesi yang turut mendiami Kawasan Hutan Lindung Desa Sangginora Kabupaten Poso. Anoa tergolong satwa liar yang langka dan dilindungi Undang-Undang di
Indonesia sejak tahun 1931 dan dipertegas dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990
dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Ada dua spesies anoa, yaitu: Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua
jenis ini tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Keduanya juga
termasuk jenis yang agresif dan
sulit dijinakkan untuk dijadikan hewan ternak (domestikasi). Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan
bentuk tanduk dan ukuran tubuh. Anoa dataran rendah relatif
lebih kecil, ekor lebih pendek dan lembut, serta memiliki tanduk melingkar. Sementara
anoa pegunungan lebih besar, ekor panjang, berkaki putih, dan memiliki tanduk
kasar dengan penampang segitiga.
Konservasi anoa telah dilakukan di Taman Safari dari wilayah Palu dan Poso (Sulawesi Tengah). Selain itu terdapat juga pada Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan TN Rawa Aopa Watumohai walaupun beberapa beberapa pihak menduga satwa ini sudah punah. Tahun 2010, Taman Nasional Lore-Lindu, Taman Nasional Bogani Nani-Wartabone, Lambu Sango, dan Cagar Alam Tanjung Peropa sudah mencoba melakukan penangkaran satwa langka yang dilindungi ini.
Data terakhir yang menjadi acuan BKSDA Sulawesi Utara tentang perkiraan jumlah populasi anoa adalah data tahun 1995, dimana diperkirakan jumlah anoa di Sulawesi utara berjumlah 2.060 indvidu. Sedangkandi cagar alam Tangkoko Dua Saudara Bitung Sulawesi Utara, jumlah Anoa menurun 90% selama 15 tahun dan jenis ini sudah mengalami kepunahan lokal. Kisaran populasi anoa di kompleks hutan Gunung Poniki sebesar 5-14 individu dengan kepadatan populasi sebesar 1 ind/km2, sedangkan di Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo, Kepadatan populasi anoa sebesar 0.76 ind/km2 dengan jumlah populasi dugaan 20-22 individu. Di hutan Panua 50i ndividu, dan di taman nasional Bogani Nani Wartabone jumlah anoa maksimal 300 individu. Di Sulawesi Tenggara, habitat terbesar satwa liar kategori langka itu kini diperkirakan berjumlah kurang dari 1.000 individu saja.
Data terakhir yang menjadi acuan BKSDA Sulawesi Utara tentang perkiraan jumlah populasi anoa adalah data tahun 1995, dimana diperkirakan jumlah anoa di Sulawesi utara berjumlah 2.060 indvidu. Sedangkandi cagar alam Tangkoko Dua Saudara Bitung Sulawesi Utara, jumlah Anoa menurun 90% selama 15 tahun dan jenis ini sudah mengalami kepunahan lokal. Kisaran populasi anoa di kompleks hutan Gunung Poniki sebesar 5-14 individu dengan kepadatan populasi sebesar 1 ind/km2, sedangkan di Suaka Margasatwa Nantu, Gorontalo, Kepadatan populasi anoa sebesar 0.76 ind/km2 dengan jumlah populasi dugaan 20-22 individu. Di hutan Panua 50i ndividu, dan di taman nasional Bogani Nani Wartabone jumlah anoa maksimal 300 individu. Di Sulawesi Tenggara, habitat terbesar satwa liar kategori langka itu kini diperkirakan berjumlah kurang dari 1.000 individu saja.
3. Wilayah Indonesia bagian Timur
Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku Casuariidae.
Genus ini terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan
tidak dapat terbang. Daerah sebaran ketiga spesies ini adalah di hutan tropis
dan pegunungan di pulau Irian. Kasuari Gelambir-ganda adalah
satu-satunya spesies burung kasuari yang terdapat di Australia. Kasuari diperlengkapi tanduk di atas kepalanya, yang
membantu burung ini sewaktu berjalan di habitatnya di hutan yang lebat. Selain
tanduk dikepalanya, kasuari mempunyai kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam.
Burung kasuari betina biasanya berukuran lebih besar dan berwarna lebih terang
daripada jantan.
Semua kasuari memiliki bulu yang terdiri dari
poros dan barbules yang longgar. Mereka tidak memiliki retrices (bulu ekor)
atau kelenjar preen. Kasuari memiliki sayap kecil dengan 5-6 porsi besar. Ini
dikurangi menjadi dasi kaku, keratinous, seperti landak landak, tanpa bumbung.
Cakar ada di setiap jari kedua. Furcula dan coracoid merosot, dan tulang
palatal dan tulang sphenoid saling bersentuhan. Ini, bersama dengan tubuh
berbentuk baji mereka, dianggap sebagai adaptasi untuk menangkal tanaman
merambat, duri, dan daun bergerigi, yang memungkinkan mereka berlari dengan
cepat melalui hutan hujan.
Kasuari menggunakan kaki mereka sebagai senjata.
Kasuari memiliki kaki tiga jari dengan cakar yang tajam. Jari kaki kedua,
bagian dalam di posisi medial, olahraga seperti cakar seperti pisau yang bisa
panjangnya 125 mm (5 in). Cakar ini sangat menakutkan karena kasuari terkadang
menendang manusia dan hewan dengan kaki mereka yang sangat kuat.
Burung kasuari merupakan salah satu jenis burung yang rentan kepunahan karena selalu diburu untuk diambil bagian-bagian tubuhnya. Hal ini dipercepat lagi dengan rusaknya habitat alami, sebagai dampak dari pembalakan liar, kebakaran hutan, bencana alam dan konversi hutan menjadi areal untuk pemanfaatan lain seperti perkebunan, pertambangan, transmigrasi dan pemukiman penduduk. Habitat kasuari berada di hutan tropis yang kaya akan flora dan fauna yang berhubungan dengan keadaan tanah, letak geografis serta keadaan iklim, sehingga hutan tropis sangat cocok untuk kasuari. Peburuan di hutan tropis tidak lagi berkelanjutan oleh warga sekitar karena sangat rawan terhadap eksploitasi berlebihan..
Comments
Post a Comment